Ini Obituarium Perjuangan Demokrasi Arief Budiman

Arief Budiman, 79, meninggal dunia dijemput penyakit parkinson dan dimakamkan di TPU Bancaan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Kamis (23/4/2020).

Ini Obituarium Perjuangan Demokrasi Arief Budiman Peziarah berdoa di makam Arief Budiman, di kawasan TPU Bancaan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Jateng, Kamis (23/4/2020) sore. (Semarangpos.com- Nadia Lutfiana Mawarni)

Semarangpos.com, SALATIGA — Arief Budiman, 79, adalah akademisi yang sangat berpengaruh di Kota Salatiga, Jawa Tengah. Kakanda aktivis mahasiswa Soe Hok Gie itu meninggal dunia dijemput penyakit parkinson dan dimakamkan di TPU Bancaan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Kamis (23/4/2020).

Arief Budiman selama ini dikenal sebagai pegiat demokrasi. Dia juga dikenal sebagai tenaga pengajar di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Lelaki itu bukan hanya identik dengan pakaian sederhana dan skuter Piagio Vespa yang selalu dikendarainya. Dia dan teman-teman sejawat pernah mengikat diri di pohon untuk memprotes penebangan di kawasan Jl. Diponegoro, Kota Salatiga, Jateng.

Tahun 1981, Arief Budiman, memutuskan untuk menetap di Kota Salatiga, Jawa Tengah. Dia menjadi tenaga pengajar dan peneliti di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Kampus UKSW bakan sudah menjadi pilihan utamanya sejak ia pulang dari perantauan sembilan tahun di Eropa dan Amerika Serikat.

Tak Bisa Rayakan Dugderan 2020, Ini Cara Disbudpar Semarang Obati Rindu

“Prestasi akademis universitas ini sedang menanjak tajam. Itu sebabnya dari jauh seorang Arief Budiman memilihnya. Bukan tawaran-tawaran lain dari Amerika maupun Jakarta yang jauh lebih menggiurkan,” tulis Ariel Heryanto dalam Arief Budiman dan UKSW Salatiga (Maret, 1995).

Guru Besar ANU

Ariel yang juga Dosen Pascasarjana UKSW Salatiga itu adalah sahabat karib Arief Budiman. Kini Ariel menjadi guru besar di The Australian National University (ANU). Dia pernah mengenyam pendidikan sarjana di UKSW. Ketika mengenyam pendidikan di sana, lanjut Ariel, kehadiran Arief Budiman diterima dengan tangan terbuka. Kemajuan UKSW salah satunya adalah berkat Arief Budiman.

Curhat Pengemudi Ojol Salatiga, Susah Cari Order dan Sulit Masuk Kampung

Rektor UKSW, Neil Samuel Rupidara, berkisah pada 1980-an, Arief punya andil besar dalam pendirian Sekolah Pascasarjana Program Studi Pembangunan UKSW. “Saya kurang tahu persis sejarah mendirikan sekolah pascasarjana studi pembangunan. Tapi beliau salah satu pionir,” ungkap Neil seusai menghadiri prosesi pemakaman Arief di TPU Bancaan, Kecamatan Sidorejo, Salatiga, Kamis (23/4/2020) sore.

Menurut Neil, Arief berhasil membuka perspektif baru dalam bidang Ilmu Studi Pembangunan. Hingga saat ini, konotasi Studi Pembangunan cenderung pada perspektif ekonomi. Padahal Studi Pembangunan yang dikonsepkan UKSW merujuk pada bidang ilmu interdisipliner yang masih sulit dimengerti banyak orang.

Gagasan Arief soal Studi Pembangunan interdisipliner ini disebut sebagai oase keilmuan di tengah padang pasir. Di ranah global, lanjut Neil, Studi Pembangunan interdisipliner memang sudah lama ada.

Balkon Gedung Bekas Kantor Semarang Bikin Kru Billy Christian Merinding

Pemikiran itu tidak lepas dari latar belakang pendidikan Arief yang meraih gelar doktor di bidang sosiologi Universitas Harvard. Konsep studi pembangunan UKSW ini pun pada akhirnya menjadi jujugan mahasiswa dengan berbagai latar belakang.

Realitas Multidimensi

“Kalau kita ngomong soal studi pembangunan itu kan sebuah realitas yang multidimensi. Pasti multiperspektif sehingga tidak hanya bisa didekati dari sudut pandang ekonomi semata,” imbuh Neil.

Selain Semarang, 2 Daerah Jateng Ini Juga Zona Merah Covid-19

Pemikiran Arief itu tidak bisa lepas dari karakternya yang kritis, ada untuk masyarakat kelas bawah, dan selalu hadir bagi mahasiswa. Ariel Heryanto menuliskan Arief bahkan dikenal selalu lebih sibuk memikirkan bagaimana memberikan kebajikan kepada orang lain. Bukan menerima apalagi meminta. Pengasuhan mahasiswa dan pembimbingan skripsi tetap dikerjakan meskipun Arief terkena PHK pada November 1994.

Bagi Neil, Arief adalah lambang komunitas kritis untuk pemikiran yang dia sampaikan ke publik. Sikap kritis ini pulalah yang membuat Arief dan rekan-rekannya mau mengikat diri di pohon saat melakukan aksi penolakan terhadap penebangan pohon di Jl. Diponegoro, Kota Salatiga. Dia juga menentang proses pemilihan rektor UKSW pada akhir 1993 yang berimbas pada PHK dan keluarnya Arief dari kampus tersebut pada 1995.

“Saat pemilihan rektor, Pak Arief ini concern-nya adalah merepresentasikan realitas suara dari bawah. Kalah dari mekanisme dan peringatan pemberhentian,” tutur Neil yang mulai menjadi tenaga pengajar di UKSW pada 1995. Kendati begitu, pada 2016 UKSW memberikan penghargaan kepada Arief atas kontribusinya.

Kendaraan Pribadi Masuk Jateng Wajib Surat Jalan

Di mata sang istri, Leila Chairani Budiman, Arief dikenal sebagai sosok yang selalu mencari kebenaran di bidang akademis. “Dia berusaha mengatakan apa adanya, berusaha untuk tidak bohong,” puji Leila dengan mata berkaca-kaca seusai pemakaman.

Di saat menderita parkinson pun Arief tak pernah mengeluh. Di saat terakhir hidup suaminya, Leila selalu bertanya bagian mana di tubuh Arief yang sakit. “Tapi dia selalu jawab enggak ada, enggak bisa bergerak, enggak bisa jalan tapi tetap menjalani hidup dengan happy,” imbuh Leila.

Percakapannya banyak diwarnai dengan kata aduh dari sang suami. Namun pada akhirnya Arieh hanya minta kue dan tidak pernah bilang ada yang sakit kalau ditanya serius. Namun takdir berkata lain, Arief mengembuskan napas terakhir di RS Ken Saras, Kabupaten Semarang, Kamis (23/4/2020) siang lantaran penyakit yang dideritanya selama 26 tahun itu.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.