Jika Semarang Diterapkan PSBB, Kendal & Demak Kena Imbas
Pemprov Jawa Tengah (Jateng) tengah mempertimbangkan Kota Semarang diterapkan status Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB).
Semarangpos.com, SEMARANG – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) tengah mempertimbangkan penetapan status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota Semarang.
Namun, seandainya Kota Semarang ditetapkan PSBB, maka daerah di sekitarnya atau daerah hinterland, seperti Kabupaten Demak dan Kabupaten Kendal, bakal terkena imbas.
Hal itu diungkapkan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, yang mengaku telah berkoordinasi dengan Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, terkait kemungkinan Kota Semarang diterapkan PSBB.
“Ada usul yang sangat bagus dari pak Wali Kota [Semarang] tadi. Usulnya agar berbicara dengan daerah sekitar, utamanya seperti Demak dan Kendal. Kalau Semarang PSBB, daerah itu juga. Enggak semua area, minimal beberapa kecamatan di Kendal dan Demak,” ujar Ganjar, Senin (20/4/2020).
Ganjar mengaku saat ini Pemkot Semarang masih melakukan perhitungan apa saja yang perlu disiapkan untuk penerapan PSBB. Perhitungan itu terkait kesiapan Kota Semarang dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, transportasi, dan lain-lain.
Kendati demikian, Ganjar berharap PSBB tidak diterapkan. Asalkan, masyarakat patuh dalam mengikuti arahan pemerintah dalam melakukan social distancing maupun physical distancing sebagai upaya pencegahan penularan Covid-19.
“Kalau tidak ditaati, mau enggak mau ya diterapkan PSBB. Tapi ingat jika PSBB, maka Anda akan menghadapi kondisi yang tidak nyaman,” tegas Ganjar.
Tren tinggi
Ganjar menambahkan PSBB bisa diterapkan jika suatu daerah mengalami tren atau peningkatan kasus positif virus corona yang tinggi.
Di Kota Semarang saat ini jumlah kasus positif virus corona telah mencapai angka 128, atau sekitar 36,4% dari total kasus di Jateng.
“Sebisa mungkin PSBB itu kita tahan. Tapi, bagi daerah yang peningkatan signifikan ya PSBB harus disiapkan,” imbuhnya.
Dibanding PSBB, Ganjar mengaku sebenarnya lebih setuju dengan konsep desa dalam menangani persebaran virus corona. Ia mencontohkan ada suatu kampung di Semarang yang melakukan isolasi secara mandiri, dengan melakukan pembatasan warganya untuk berkeliaran.
“Saat hari pertama dan kedua banyak yang protes. Hari ketiga sistem pasar untuk memenuhi kebutuhan warganya dating sendiri. Konsep inilah yang harus diterapkan. Desa itu mengajarkan kita untuk gotong royong, gugur gunung, kerik deso, dan lumbung pangan. Kalau konsep ini diterapkan, PSBB bisa dihindari,” jelas Ganjar.
KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya
Baca Juga
- Keren, Semen Gresik Raih Predikat Pelaksana Terbaik 2 CSR Awards 2023 dari Pemprov Jateng
- Penyerahan Pengelolaan Pasar Desa jadi Tantangan Agar BUM Desa Profesional
- DPRD Jateng Dorong Masyarakat Manfaatkan Kecanggihan Teknologi untuk Hal Produktif
- Ini Daftar Pemenang AMSI Jateng Digital Awards 2022
- 25 Orang Lolos Tes Potensi Calon Anggota Komisi Informasi Jateng
- Awas! Kasus Covid-19 Kembali Muncul di Semarang
- Kasus Korupsi Bank Jateng, Gubernur Diminta Bertindak
0 Komentar
Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.