Parang Rusak Barong, Batiknya Para Raja

Batik merupakan warisan kebudayaan Indonesia yang telah mendunia dengan beragam corak dan variasi yang salah satunya adalah parang rusak barong.

Parang Rusak Barong, Batiknya Para Raja Motif batik parang rusak barong. (pinterest.com)

Semarangpos.com, SOLO — Batik merupakan warisan kebudayaan Indonesia yang telah mendunia. Batik memiliki beragam corak dan variasi. Salah satunya adalah parang rusak barong.

Parang rusak barong merupakan variasi dari motif parang. Motif dengan penampang huruf S yang tersusun secara diagonal ini sepintas sama dengan parang lainnya.

Lalu apa sih yang membuatnya berbeda?

Sega Berkat, Makanan Khas Jateng Laris Manis di Jakarta

Parang rusak barong merupakan salah satu motif larangan yang berlaku baik di Keraton Kasultanan Yogyakarta maupun Kasunana Surakarta Hadiningrat. Bahkan sejak Sunan Pakubuwono III pun telah diatur penggunaan motif ini yang terbatas tersebut.

Sesuai Sunan Pakubuwono III itu, motif batik ini hanya boleh digunakan oleh Raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Motif ini menyimbolkan pengendalian napsu manusia menuju pencapaian watak yang luhur, sekaligus simbol keagungan.

Yang membedakan parang rusak barong dengan motif parang lainnya terletak pada penggunaan motif barong dan ukuran parang yang besar. Ukuran motif parang dalam parang barong rusak adalah 10 cm hingga tidak terbatas.

Tak Sembarangan, Hanya Mereka Yang Boleh Pakai Batik Kawung  

Motif yang besar ini konon dipercaya sebagai pengingat raja bahwa dirinya hanyalah seorang manusia yang kecil dibandingkan dengan alam semesta. Adanya ornamen barong merupakan simbol keagungan pemakainya.

Penuh Isen-Isen

Parang rusak barong memiliki isen-isen (motif penyusun) beberapa di antaranya uceng, blumbangan dan burung. Uceng merupakan simbol lidah api. Sedangkan blumbangan merupakan simbol air.

Pada motif ini, keduanya digabungkan sehingga melambangkan perpaduan watak amarah (angkara murka) dan watak supiyah (kerinduan).

Kangen Purwokerto? Tempe Mendoan Mas Epung Bisa Jadi Obatnya…  

Perpaduan motif dengan watak yang saling berkebalikan ini diharapkan supaya pemakainya mampu mengendalikan kedua jenis watak tersebut. Kedua watak itu nantinya bisa mengantarkan pemakai ke sifat bijaksana.

Makna agung dalam motif batik ini disimbolkan oleh ornamen barong. Barong merupakan perwakilan dari bentuk burung garuda yang menjadi tunggangan Dewa Wisnu yaitu Dewa tertinggi dalam ajaran Hindu.

Selain penyatuan simbol yang menyiratkan sebuah makna, pewarnaan pada batik larangan juga diperhatikan. Warna melambangkan kepercayaan masyarakat Jawa Keraton. Jika dilihat dari kosmologi (ilmu astronomi) Jawa, warna hitam, putih, dan coklat sudah menjadi pakem (pedoman pokok). Keseluruhan aturan tersebut bertujuan sebagai penyelarasan dan harmonisasi antara manusia dengan alam semesta.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Get the amazing news right in your inbox

Berita Terpopuler

0 Komentar

Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

Tinggalkan Komentar

Anda harus logged in untuk kirim komentar.